Baca kisah epik legendaris Pandawa Lima dalam bahasa Jawa yang menawan, lengkap dengan karakter dan plot yang menegangkan. Dapatkan pengalaman membaca yang unik dan memukau di dalam dunia sastra Jawa.â cerita pandawa lima dalam bahasa jawa Kutha asaleh, ing tanah Jawa, ana lara kuna, cerita ingkang dikenal minangka âMahabarataâ. Cerita punika inggih punika, cerita kekawin kang aranipun ingkang prasasti punika nuli saking sanskerta ingkang dipunujaraken dĂ©ning Kang Maha Rsi Wyasa, ingkang ingkang ngendi-ngendi sawisĂ© perang BhĂąratayuddha. Salah siji saking tatawarsa ingkang minangka âMahabarataâ punika inggih punika kisah pandawa lima. Angger-anggeran punika inggih punika, kathah punika kabehipun tuwuhanan kaliyan karakter utami lan jineng ingkang dipungraosaken dĂ©ning para kritikus. Kathah punika kadadĂškaken saking ajĂšn Hindu lan Jawa, inggih punika kathah punika kabehipun lungguh ingkang tuwuhanan kaliyan konsep-konsep kasejarahan. Cerita punika sajroning tatanan sabda ingkang kalayan arak-arakan kidung ingkang dikenal minangka tembang. Dening kidung, cerita punika dipuncaosaken lan dipungawuraken ingkang prasaja lan kidung punika saged dipunplester ingkang nganggĂšlani wanda pratnya. Ing kidung punika, kathah punika saged ngedalang samubarang pralambanging kanggo manggonĂškaken kawula ingkang bakal mios mĂ©ri saking kathah punika. Ugi kathah punika nggawĂ© kawula nglairakaken panutan kanggo melik saking kaping kalih puluh wulan. Dening kidung kathah punika, sawisĂ© dipunwiwiti dĂ©ning kidung âSutasomaâ, kathah punika ditata kembali dĂ©ning Kidung âSumanasantaâ. Kacampur lan campur aduk kathah punika nggawĂ© tuwuhanan pangajĂšn kang nyenengakaken, lan ngangkat janji-janji sabda kang kagungan. Nganggo bhs jawa krama, kathah punika saged katon antuk kewibawaan lan kakuwatan saking karakter utaminipun kang saged ngajayakaken satriya lan kepahlawanan. DĂšning kidung, kathah punika kadadĂškaken minangka kathah utaminipun, kang saged kersa makarya lan masrahaken kawruh krama. cerita pandawa lima dalam bahasa indonesia Pada jaman dahulu, di Kerajaan Astina, hiduplah seorang raja bernama Prabu Kresna. Ia memiliki lima putra yang terkenal dengan kehebatan mereka. Mereka dikenal dengan nama Pandawa Lima. Pandawa Lima terdiri dari Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula, dan Sadewa. Yudistira adalah putra tertua dari Prabu Kresna. Ia dikenal dengan kepribadiannya yang jujur dan bijaksana. Bima, putra kedua, memiliki kekuatan fisik yang luar biasa dan sangat pandai dalam seni bela diri. Arjuna, putra ketiga, adalah seorang ahli panah yang sangat handal. Nakula, putra keempat, memiliki kecantikan yang luar biasa dan pandai dalam ilmu perawatan. Sedangkan Sadewa, putra bungsu, dikenal sebagai ahli dalam ilmu bela diri dan memiliki kelebihan dalam kecerdikan. Namun, kebahagiaan Pandawa Lima tidak berlangsung lama. Duryudana, sepupu dari Pandawa Lima, merasa iri dan cemburu dengan kehebatan mereka. Ia pun mengusir Pandawa Lima dan ibu mereka, Kunti, dari Kerajaan Astina. Setelah itu, Pandawa Lima hidup dalam pengasingan dan berbagai rintangan selalu menghadang mereka. Namun, dengan kehebatan dan kebijaksanaan mereka, Pandawa Lima berhasil mengatasi segala rintangan dan akhirnya memenangkan perang melawan Kurawa. Dalam akhir cerita, Pandawa Lima kembali ke Kerajaan Astina dan menjadi penguasa yang bijaksana dan adil. Mereka hidup dalam kedamaian dan kebahagiaan, dan menjadi legenda bagi rakyat Astina. Demikianlah cerita tentang Pandawa Lima dalam bahasa Jawa. Cerita ini mengandung nilai-nilai kejujuran, keberanian, kebijaksanaan, dan keadilan yang dapat dijadikan contoh bagi generasi muda.
status sosial waktu cerita dibuat berikut contoh cerkak bahasa jawa: Cerpen adalah kepanjangan dari cerita pendek, sedangkan dalam bahasa jawa disebut dengan cerkak "cerita cekak". BalBalan Ing Sekolah Manfaat puasa tarekat kejawen ( puasa mutih, weton, ngrowot, pati geni, dll ) Contoh cerita cerkak bahasa jawa. Jumlah katanya terdiri dari kurang 10.000 kata.
Pandawa Lima Sejarah, Kisah, Tokoh dan Karakternya â Siapa sajakah tokoh dari Pandawa lima itu ?, Pada kesempatan ini akan membahasnya, meliputi sejarah, karakter dan tentunya hal-hal lain yang juga kita simak bersama pembahasannya pada artikel di bawah ini untuk lebih dapat memahaminya. Pandawa adalah termasuk istilah bahasa Sansekerta yang dengan cara harfiah yang berarti putra Pandu, yakni seorang raja Hastinapura terhadap wiracarita Mahabharata. Pandawa terdiri atas lima orang, diantaranya ialah Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa. Mereka merupakan sebuah tokoh protagonis di dunia Mahabharata, sedangkan pada antagonisnya ialah putra Dretarastra, Korawa, saudara lelaki Pandu. Di dalam kisah Mahabharata, pada kelima Pandawa tersebut telah menikah dengan Drupadi, yang telah berpartisipasi dalam sebuah kompetisi dalam sebuah kerajaan Panchala, dan masing-masing anggota Pandawa mempunyai seorang putra dari Drupadi. Pandawa adalah sejumlah karakter utama dengan sebuah bagian penting dari epos Mahabharata, yakni dalam pertempuran besar di bagian daratan Kurukshetra. Pertempuran Pandawa melawan Korawa dan para sekutu mereka. Kisah ini yakni telah menjadi kisah penting dalam epos Mahabharata, di samping kisah bahwa Korawa dan Pandawa yakni bermain dadu. Sejarah Pandawa Lima Cerita wayang adalah sebuah kisah legendaris bagi masyarakat Hindu. Di India dan Indonesia selama kepulauan di bawah kerajaan Hindu, sejarah berakar pada cerita rakyat, yang telah berkembang dengan menjadi budaya dalam masyarakat terhadap kepulauan. Seperti buku Mpu Panuluh dan Bharatayudha karya Mpu Sedah. Kisah Baratayudha, kisah pertempuran antara Korawa dan Pandawa di Kurusetra, menyisakan dalam sepotong legenda heroik yang sangat signifikan. Pandawa ialah seorang Putra Pandu terdiri atas 5 ksatria yang melambangkan dalam sebuah kebaikan dan 5 kualitas kesempurnaan terhadap manusia. Kisah Pandawa Lima Pandawa yang berasal dari bahasa sansekerta, yang berarti anak Pandu dalam salah satu raja Hastinapura Mahabharata dengan putra mahkota dari kerajaan tersebut pulau jawa yaitu lima pangeran Yudistira, Menurut susastra yang terdapat dalam agama Hindu Mahabharata yang menjelmah atau penitisan dewa. Berikut kisah yang terdapat tentang lima pewayang tersebut adalah Yudistira â merupakan penitisan sebagai penjelmaan dari Dewa Yama Bima â merupakan penitisan sebagai penjelmaan dari Dewa Bayu Arjuna â merupkan penitisan sebagai penjelmaan dari Dewa Indra Nakula dan Sadewa â merupakan penitisan sebagai penjelmaan dari dewa kembar Aswin. Para lima pandawa tersebut adalah tokoh yang sangat penting dalam wiracarita kisah Mahabharata dalam sebuah pertempuran yang dahsyat di daratan Kurukshetra dengan para Kurawa. Tokoh dan Karakter Pandawa Lima Banyak sekali karakter pewayangan yang bisa kita jadikan contoh dalam kehidupan sehari-hari, tapi tentunya yang berkarakter baik. baik Pandawa Lima merupakan tokoh yang tidak dapat dipisahkan dengan kisah Mahabarata, karena Pandawa Lima merupakan tokoh sentralnya bersama dengan Kurawa. Pandawa lima adalah sebutan lima bersaudara, putra dari Pandu Dewanata yakni Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa. Berikut ini kita akan mengenal karakter tokoh pandawa lima Yudistira Yudistira memiliki nama kecilnya yaitu Puntadewa. Ia merupakan yang tertua di antara lima Pandawa, atau para putera Pandu dengan Dewi Kunti. Ia merupakan penjelmaan dari Dewa Yama. Yudistira memerintah di Kerajaan Amarta. Karakter Sifatnya sangat bijaksana, tidak memiliki musuh, hampir tak pernah berdusta seumur hidupnya. Memiliki moral yang sangat tinggi, suka memaâafkan serta suka mengampuni musuh yang sudah menyerah. Sifat lainnya yang menonjol adalah adil, sabar, jujur, taat terhadap ajaran agama, penuh percaya diri, dan berani berspekulasi. Bima Bima dengan nama kecilnya Sena. Bima merupakan putra kedua Pandu dengan Dewi Kunti. Ia merupakan penjelmaan dari Dewa Bayu sehingga memiliki nama julukan Bayusutha. Bima sangat kuat, lengannya panjang, tubuhnya tinggi, dan berwajah paling sangar di antara saudara-saudaranya. Meskipun demikian, ia memiliki hati yang baik. Pandai memainkan senjata gada. Senjata gadanya bernama Rujakpala. Bima juga dijuluki Werkudara. Dalam pewayangan Jawa, Bima memiliki anak yaitu Gatotkaca, Antareja dan Antasena. Karakter Bima memililki sifat dan perwatakan; gagah berani, teguh, kuat, tabah, patuh dan jujur. Ia juga memiliki sifat kasar dan menakutkan bagi musuh, walaupun sebenarnya hatinya lembut, setia pada satu sikap, tidak suka berbasa basi dan tak pernah bersikap mendua serta tidak pernah menjilat ludahnya sendiri. Arjuna Arjuna dengan nama kecilnya Permadi. Arjuna merupakan putra bungsu Dewi Kunti dengan Pandu. Ia merupakan penjelmaan dari Dewa Indra, Sang Dewa perang. Ia adalah ksatria cerdik dan gemar berkelana, gemar bertapa dan berguru menuntut ilmu. Arjuna memiliki kemahiran dalam ilmu memanah dan dianggap sebagai ksatria. Kemahirannnya dalam ilmu peperangan menjadikannya sebagai tumpuan para Pandawa agar mampu memperoleh kemenangan saat pertempuran besar di melawan Kurawa. Arjuna dikenal juga dengan nama Janaka. Ia memimpin kerajaan di Madukara Karakter Arjuna memiliki sifat perwatakan cerdik pandai, pendiam, lemah lembut budinya,teliti, sopan-santun, berani dan suka melindungi yang lemah. Nakula Nakula dengan nama kecilnya Pinten. Nakula merupakan salah satu putera kembar pasangan Dewi Madrim dan Pandu. Ia merupakan penjelmaan Dewa kembar bernama Aswin, Sang Dewa pengobatan. Nakula pandai memainkan senjata pedang. Nakula merupakan pria yang paling tampan di dunia dan merupakan seorang ksatria berpedang yang tangguh. Karakter perwatakan jujur, setia, taat pada orang tua dan tahu membalas budi serta dapat menjaga rahasia. Sadewa Sadewa dengan nama kecilnya Tangsen. Sadewa merupakan salah satu putera kembar pasangan Dewi Madri dan Pandu. Ia merupakan penjelmaan Dewa kembar bernama Aswin, Sang Dewa pengobatan. Sadewa adalah orang yang sangat rajin dan bijaksana. Sadewa juga merupakan seseorang yang ahli dalam ilmu astronomi. Karakter perwatakan jujur, setia, taat pada orang tua dan tahu membalas budi serta dapat menjaga rahasia Demikianlah ulasan dari tentang Pandawa Lima Sejarah, Kisah, Tokoh dan Karakternya, semoga dapat menambah wawasan dan pengetahuan kalian. Terimakasih telah berkunjung dan jangan lupa untuk membaca artikel lainnya
1Pandawa Lima dan 1 Kurawa yang menjadi 1 tokoh utama pada 1 kisah perang baratayudha. 1 Bagaimana awal kisah 1 leluhur mereka yang 1 merupakan satu garis 1 keturunan? 1 langsung saja simak 1 kisahnya dalam bahasa 1 jawa di bawah.. 1 Awal Kedadean saka 1 ketemune antara raja 1 Duswanta lan Sakuntala. 1 raja Duswanta ngrupakne 1 sawong raja gedhe 1 saka kerajan Chandrawangsa 1 karo ngrupakne
Daftar Isi 1. Duryudana 2. Dursasana 3. Dursilawati 4. Citraga 5. Durmagati 6. Citraksa 7. Citraksi 8. Citramarma Solo - Dalam cerita wayang Jawa terdapat perang Bharatayudha memperebutkan kekuasaan di Hastinapura. Perang tersebut melibatkan dua kubu saudara yaitu Pandawa dan dari laman resmi Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta, Kurawa atau Kurawa adalah putra Prabu Destarastra dan Dewi Gendari. Dalam dunia pewayangan Jawa maupun India, wayang Kurawa berjumlah 100, yakni 99 laki-laki dan 1 perempuan. Mereka merupakan keturunan bangsa yang pertama muncul adalah Duryudana yakni wujud potongan daging paling besar. Disusul oleh Dursasana, lalu saudara-saudaranya yang lain hingga seratus orang dengan satu bayi perempuan yang diberi nama Dewi Dursilawati. Dikutip dari buku yang berjudul 'Ensiklopedia Tokoh-Tokoh Wayang dan Silsilahnya' karya Mahendra Sucipta, berikut ini penjelasan mengenai 8 tokoh Kurawa lengkap dengan DuryudanaDuryudana merupakan anak tertua di antara Kurawa-Kurawa lain. Putra dari Destrarata dan Gandari ini memiliki sifat yang iri kepada Pandawa sejak kecil. Duryudana juga berwatak bengis dan suka menghalalkan segala cara untuk menyingkirkan antagonis Duryudana semakin bertambah ketika ia mendapat hasutan dari Sengkuni yang membuat Duryudana haus kekuasaan untuk menguasai kerajaan Hastinapura, meskipun bukan mudah terombang-ambing oleh orang-orang di sekitarnya, mudah terhasut karena biasa dimanja. Percaya diri dan cenderung sombong dengan kekuatan kelompoknya, sehingga berani mengobarkan perang. Kuat di medan perang, sulit memiliki nasib yang merana dalam hal cinta, karena istrinya yang bernama Banowati tidak mencintainya namun tetap mencintai DursasanaTokoh Kurawa selanjutnya adalah Dursasana. Dursasana merupakan adik dari Duryudana. Putra dari Destrarata dengan Gandari. Dursasana memiliki watak jahat dan arogan. Dirinya selalu menyombongkan diri terhadap kekuasaan dan kekayaan yang ia punya. Dia juga sangat angkuh, berbicara dengan nada keras, dan suka menghina DursilawatiDursilawati adalah salah satu dari seratus Kurawa, Putri dari Destrarata dengan Gendari. Dari seratus Kurawa bersaudara, Dursilawati tercantik karena dia satu-satunya wanita. Semasa kecil, Dursilawati sudah jauh dari kasih sayang, oleh karena itu hampir-hampir tak pernah ia menangis. Air matanya sudah kering karena kesedihan masa kecil. Dewi Gendari selaku Ibundanya pun tak pernah memperhatikannya karena terlalu sibuk de-nan kemarahan dan kekecewaannya mencapai usia matang, Dursilawati dipersunting oleh Jayadrata yang merupakan seorang Raja Banakeling. Meskipun Jayadrata tewas dalam perang Baratayuda, namun ia berhasil mendidik anak-anaknya agar tidak mendendam. Justru anaknya yang mewarisi Kerajaan Banakeling, kelak menjalin persahabatan dengan Hastinapura di zaman CitragaCitraga merupakan salah satu dari seratus Kurawa. Terkenal karena kejahatannya senang menculik gadis-gadis desa, bersama dua orang saudaranya yang bernama Habaya dan Durkarana. Citraga, bersama Habaya dan Durkarana, tewas di tangan Prabu Salya menjelang perang Baratayuda. Dimana, ketika itu ketiganya kepergok sedang melakukan aksinya oleh Prabu DurmagatiDurmagati adalah salah satu tokoh dari seratus Kurawa yang karakternya terkenal. Ciri-ciri fisik yang dimiliki cukup kentara, yaitu bermata telengan putih, hidung berbentuk haluan perahu, bermuka mendongak, bermulut gusen, rambut gimbal terurai., bergelang, berplontoh dan berkeroncong, berkain parang rusak barong., bercelana memiliki senjata-senjata ampuh yang sanggup membunuh Abimanyu. Terdapat dua versi tentang kematiannya yaitu ia mati dipukul gada Rujakpolo milik Werkudara dan versi satunya lagi ia tewas di tangan CitraksaCitraksa merupakan salah satu dari seratus Kurawa. Citraksa memiliki seorang saudara kembar bernama Citraksi. Sebenarnya Citraksa seorang Kurawa pilihan dan mempunyai bakat menguasai ilmu kanuragan yang hebat. Sayangnya, kebiasaannya minum terlalu kuat, sehingga kebolehan ilmu Citraksa dan Citraksi tidak terlalu mumpuni. Akibatnya, ketika perang Baratayuda Sadewa berhasil merobek perut Citraksa menjelang akhir perang CitraksiUsai perang Baratayuda yang memakan banyak korban, Citraksi masih dapat hidup. Kembaran Citraksa ini bersembunyi ke sana ke mari hingga negeri Mandraka. Namun sayang, orang-orang Mandraka mengenalinya, sebagai salah satu Kurawa yang menjadi biang keladi perang yang menewaskan Raja pun terluka karena dikeroyok orang-orang. Citraksi sempat ditolong pimpinan Mandraka yang saat itu sudah dijabat Nakula saudara kembar Sadewa. Hanya saja, ketika dibawa menuju tabib istana, Citraksi sudah terlanjur CitramarmaCitramarma merupakan salah satu dari seratus Kurawa. Citramarma tewas dalam peristiwa Kresna Duta, bersama tiga orang saudaranya Dirgabahu, Jalasaha, Patiweya, dan Windandini. Mereka terinjak-injak oleh Brahalasewu, yang merupakan perwujudan raksasa dari informasi mengenai mengenal 8 tokoh Kurawa dan karakternya di cerita wayang Jawa. Semoga bermanfaat, ya Lur!Artikel ini ditulis oleh Agustin Tri Wardani peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom. Simak Video "Siap-siap "War" Tiket Indonesia Vs Argentina Segera Dimulai" [GambasVideo 20detik] aku/ahr
CeritaWayang Mahabarata Lengkap. Baca Juga: Cerita Wayang Bahasa Jawa Anoman lan Bima. Kurawa nyumerepi menawi Pandawa badhe nedha wangsul kemawonanipun, mila piyambake sedaya ngupados madosi bala menawi sakayah-ayah geger perang kaliyan Pandawa samangke. Cerita Wayang Mahabarata Bahasa Jawa Lengkap Cerita Wayang Bahasa Jawa Anoman. Ceirta
Cerita Wayang Bahasa Jawa Pandawa Dadu - Sasampunipun pendhawa saged medal saking bale Sigala-gala, wusana saget medal mbangun praja wonten ing tlatah Endraprastha utawi Amarta. Sedaya wiwit ikhtiyar nyusun kekiyayatan kanthi tumindak ingkang sae lan jujur. Kosok wangsulipun para tokoh Kurawa ningali para satriya pandawa sami gumugah tuwuh sedaya bala kurawa sansaya sanget anggenipun dendam. Kurawa Ngastina nglajengaken niat jahatipun, ngangge siasat licik lan jahat. Prajurit kurawa sansaya sombong, jalaran rumaos nggadhahi kekiyatan ageng. Ningali pandhawa namung nggadhai kekiyatan tokoh/cacahipun 5. Kurawa Ngastina wiwit ngacakaken siyasat licik ndhatengaken pandawa dipuntantang main dhadhu. Kanthi tumindak licik lan licin, Arya sangkuni saget ngawonaken pandhawa. Padhawa dipunpeksa supados masrahaken negari, kraton, para pribadhi saha semahanipun minangka totohanipunsebagai taruhan. Pandhawa kawon, kedah nindhakaken Ukuman nyingkir dhateng wana, 13 taun laminipun. Sasampunipun ndungkap, ukaman wekdal 13 taun, pendhawa kedah nyamar ngantosboten saged dipunngerosi wonten pundi panggenanipun. Pranyata ndungkap wekdal ukuman 13 taun, pendhawa nyamar wonten negari wiratha, sami ngawula menjadi hamba dhateng prabu Matswapati/ Gurgandana. Ing pungkasaning taun 13, kawontenanipun Pandhawa boten sagetd dipun mangertosi dening kurawa ngastina klebet mata-matanipun. Cathetan ingkang ndamel nggrantesing manah, ing salebetipun main dadu, Dewi drupadi dipun ruda paripeksapenghinaan ingkang sakalangkung jahat saking arya Dursasana. Ngantos rikmanipun Dewi Drupadi ngoreterurai. Dewi drupadi sumpah ora bakal nyanggul rikmanipun sak derenge kramas kalian getihe Arya Dursasana.
Ma Cerita Wayang Bahasa Jawa. Cerita Wayang Leluhur Pandawa dan Kurawa dalam Bahasa Jawa -Ana sawatara versi crita bab sapa leluhure Pandawa lan Kurawa. Ana sing ngandharake yen iku Bharata, putrane Prabu Duswanta lan Dewi Sakhuntala. Mula, Pandawa lan Kurawa uga sinebut darah Bharata.
Destarastra adalah seorang kakak dari Pandu Dewanata. Desasatra memiliki kekurangan, yakni tidak dapat melihat. Namun, itu sama sekali tidak mengurangi rasa hormat Pandu Dewanata kepada kakaknya tersebut. Karena saking hormatnya ia kepada kakaknya, Prabu Dewanata membawa 3 putri yang nantinya salah satu dari mereka akan dipersunting Destarastra. 3 putri tersebut yakni Dewi Kunthi, Dewi Madrim, Dewi Gendari. Akhirnya, Destarastra memilih Dewi Gendari untuk dijadikan istrinya. Dewi Gendari merasa kecewa. Seharusnya putri cantik sepertinya menjadi istri Pandu Dewanata, bukan Destarastra yang buta itu. Dalam hati ia bersumpah bahwa anak keturunannya dengan Destarastra tidak akan pernah akur dengan anak keturunan Pandu Dewanata. Tak lama, Dewi Gendari hamil. Namun, Destarastra merasa sangat bersedih hati, Kesedihan mereka disebabkan kandungan Dewi Gendari yang telah mencapai usia tiga tahun lamanya. Walau telah mencapai 1000 hari lebih, melampaui batas kenormalan usia hamil, akan tetapi belum juga ada tanda-tanda akan melahirkan si jabang bayi. Selama mengandung, angan-angan Dewi Gendari tak pernah lepas dari rasa dendam dan sakit hati kepada Pandu Dewanata. Ambisi untuk menumpas keturunan sang pandu sebagai pelampiasan dendam sakit hatinya selalu tak pernah lupa diucapkan dalam permohonan doa Dewi Gendari kepada dewata. Akan tetapi saat itu belum juga ada dampak terkabulnya doa permintaan isteri adipati negara Ngastinapura ini. Pagi, siang, sore hingga malam hari, hatinya senantiasa dirundung perasaan resah gelisah, gundah gulana. dan bahkan hampir putus asa, Mengingat antara apa yang menjadi cita-cita dendam hatinya, maupun ingat akan kandungannya yang telah melampaui kenormalan itu, sama sekali belum membawa hasil seperti apa yang diharapkannya. Pendek kata, selama masa kehamilan, Dewi Gendari tak pernah memiliki ketentraman di hati. Apalagi setelah mengetahui Dewi Kunthi, permaisuri Pandu telah melahirkan puteranya yang pertama, yang diberi nama Raden Puntadewa atau juga disebut Raden Wijakangka. bahkan Dewi Kunthi kini telah dan hampir melahirkan puteranya yang kedua. Kecemasan serta seribu satu macam perasaan gelisah dan tidak enak terkandung dalam hati Dewi Gendari ini semakin menjadi-jadi. Ketiadamenentuan perasaan hati Dewi Gendari yang sedang berbadan dua itu, mengakibatkan tubuhnya terasa gerah dan tidak betah tinggal dalam bangsal Kaputren. Dewi Gendari kemudian melangkahkan kakinya, dengan langkah-langkah gontai menuruni tangga pualam di bangsalnya menulusuri jalan setapak di antara hijaunya rerumputan, menuju ke taman sari kerajaan Ngastinapura yang luas dan asri, diikuti oleh empat orang emban sebagai abdi pengiringnya. Kala itu surya telah condong ke barat, saat Dewi Gendari beserta empat orang abdinya menulusuri jalan setapak yang terbuat dari pualam, diantara semerbak harum aneka bunga, serta rimbunnya pohon buah-buahan yang menghiasi taman kerajaan, gerbang-gerbang sebagai batas bagian-bagian taman yang luas itu, pandangan matanya yang sayu lurus memandang ke depan seakan-akan tak peduli dengan segala keindahan taman di sekelilingnya. Tak lama kemudian Dewi Gendari telah melalui gerbang taman yang ke tujuh dan merupakan bagian taman yang terakhir. Dalam bagian taman ini berisi aneka macam binatang buas maupun jinak serta beragam unggas sebaga hiasannya, tak ubahnya seperti isi kebun binatang layaknya namun tampat terawat bersih dan rapi. Di tengah petamanan margasatwa ini terdapat sebuah kolam besar yang terbuat dari batu pualam dengan dihiasi kelompok bunga teratai nan mekar dengan indahnya. ikan-ikan yang berwarna-warni berlari berpasangan berkejar-kejaran d bawah warna biru jernihnya air. tanpa sepengetahuan Dewi Gendari bahwa kedatangannya di taman satwa itu, telah membuat seluruh binatang buas yang ada di taman menjadi beringas, sementara binatang yang jinak serta unggas seperti gelisah dan ketakutan,semua ini merupakan firasat buruk. Hembusan angin keras membuyarkan lamunan Dewi Gendari, mengetahui cuaca buru, Dewi Gendari mengajak para emban kembali ke kaputren. Langkah Dewi Gendari semakin dipercepat karena renai gerimis telah mulai turun. Tiba tiba saja Dewi Gendari yang sedang mengandung ini tersentak kaget saat mendengar suara harimau mengaum begitu keras. Karena rasa kaget yang teramat sangat tubuh Dewi Gendari gemetar, wajah pucat, tak terasa Dewi Gendari telah melahirkan di tempat di mana ia berdiri, yaitu bebrapa jengkal sebelum mencapai gerbang kaputren tempat tinggalnya. Dewi Gendari bukan melahirkan bayi sehat dan mungil, melainkan adalah segumpal daging yang bercampur darah mengental, berwarna mrah kehitam-hitaman, daging yang baru lahir dari rahim Dewi Gendari itu bergerak-gerak serta berdenyut-denyut seakan-akan bernyawa. Setelah melihat dan mengetahui hal ini, bukan main marah Dewi Gendari, karena emosinya gumpalan daging itu diinjak injah hingga terpecah belah, lalu ditendang-tendang dengan kakinya ke arah yagn tak menentu, pecahan serta serpihan daging yang dilahirkan Dewi Gendari tercerai berai berserakan di atas rerumputan taman. Dewi Gendari merasa emosi, geram dan marah. Setelah itu ia pun menjerit dan mengangis histeris, lalu pingsan. Setelah itu ia lalu dibawa masuk ke Kaputren tempat kediamannya. Anehnya, setiap serpihan daging yang berserakan itu besar atau kecil tetap berdenyut dan bergerak-gerak. Atas nasehat Begawan Abiyasa yang telah datang secara gaib dari pertapaannya, meminta agar Destarasta memerintahkan para abddinya untuk menutupi setiap serpihan daging itu dengan daun jati. Dengan was-was serta perasaan takut yang tertahan, maka para emban serta beberapa orang prajurit penjaga taman melaksanakan tugas yang diperintahkan Destarasta, menutupi serpihan daging itu dengan daun jati, jumlahnya mencapai 100 keping. Bersamaan dengan kejadian itu, suasana taman di Ngastinapura berubah menjadi sangat menyeramkan. Binatang buas mengeluarkan suaranya, disusul dengan lolongan anjing hutan yang berkepanjangan bersahutan, burung hantu, kelelawar, burung gagak serta binatang malam lainnya. Binatang-binatang yang lelolong tak kunjung berhenti, suasana seram dan menakutkan meliputi Ngastinapura. Banyak para emban dan prajurit penjaga malam ketakutan, wajahnya pucat, badannya menggigil, merinding bulu romanya. Dewi Gendari yang telah siuman dari pingsannya turun dari tempat peraduannya menuju tempat pemujaan, ia memohon kepada dewa, agar cita-citanya untuk berputera banyak, bisa terkabul. tiba-tiba saja Batari Durga muncul secara gaib dan memberitahukan, apabila lewat tengah malam mendengar tangisan bayi di taman, Dewi Gendari agar cepat-cepat menghampiri bayi tsb, karena itu adalah puteranya. setelah memberikan pesan Batari Durgapun menghilang dari hadapan Dewi Gendari secara gaib, kembali ke kahyangan di wukir pidikan. Dan benar saja, saat terdengar tangisan, Dewi Gendari segera menuju ke taman. Dan betapa terkejutnya ia saat ia melihat ada 100 bayi di sana. Seluruh isi kerajaan bahagia mendengar berita tersebut. Para Korawa putera Dretarastra yang utama berjumlah seratus, namun mereka masih mempunyai saudara dan saudari pula. Kemudian dari Dewi Gandari, lahir seorang putra lagi bernama Duskampana dan seorang putri bernama Dursala atau Duççala atau Dussala. Dretarastra mempunyai anak dengan seorang wanita dari kasta waisya, yang dinamakan Yuyutsu dalam bahasa Sanskerta artinya ialah âyang memiliki kemauan untuk berperang/bertempurâ. Berbeda dengan para Korawa pada umumnya, ia tidak berbuat jahat pada para Pandawa, sepupunya. Saat perseteruan antara Pandawa dan Korawa sudah mencapai klimaks, dikeluarkanlah pengumuman untuk berperang. Yuyutsu bergabung di bawah panji-panji pasukan Korawa. Mereka berperang di Kurukshetra, India Utara. Sesaat sebelum perang di Kurukshetra dimulai, Yudistira â yang sulung di antara Pandawa â maju ke hadapan pasukan Korawa untuk memastikan apakah ada yang berubah pikiran dan mau berpihak kepadanya. Hanya Yuyutsu yang menanggapinya, sehingga ia keluar dari barisan pasukan Korawa dan bergabung dengan pasukan Pandawa. Hal itu membuatnya menjadi penerus garis keturunan Dretarastra, sementara saudaranya yang lain gugur semua di medan perang Kurukshetra.
blogkisah konflik para pandawa dengan korawa. cerita wayang rama shinta bahasa Ksh Itu Aq Bs Brpikir Kl0 Ksirikan''kisah mahabharata lengkap versi jawa tympanistaco com april 23rd, 2018 - kisah mahabharataĂąâŹ" sangkuni yang culas dan penuh tipu may 1st, 2018 - cerita wayang mahabarata bahasa jawa leluhur pandawa lan kurawa utama
Perang keluarga Bharata atau Baratayudha adalah puncak dari perseteruan yang terjadi antara Pandawa dan Kurawa. Semua ini bermula karena pihak Kurawa yang berambisi untuk menguasai Astinapura secara penuh kemudian melakukan segala cara untuk menyingkirkan Pandawa yang sebenarnya merupakan saudara mereka. Semua usaha tersebut sebenarnya menemui kegagalan hingga hari terjadinya perang Baratayudha di padang Kurusetra yang berlangsung selama 18 hari. Perang ini adalah puncak dari kisah Mahabharata, yaitu sebuah dongeng pewayangan terkenal dari perang Baratayudha ada dua versi, yaitu berasal dari judul sebuah naskah kakawin yang berbahasa Jawa Kuno. Ditulis oleh Mpu Sedah atas perintah Maharaja Jayabaya, Raja Kediri pada 1157, merupakan simbol dari perang saudara yang terjadi antara Kerajaan Kediri dan Jenggala yang keduanya masih merupakan keturunan Raja Erlangga. Perang saudara yang terjadi antara kedua kerajaan itu ditulis dalam kitab dan digambarkan seperti di kisah Mahabharata yang merupakan karya Vyasa. Versi lainnya yang akan dibahas disini berasal dari kisah Mahabharata dari India. Ketahuilah mengenai sejarah Kerajaan Kediri, sejarah Candi Dieng yang merupakan salah satu dari candi Hindu di Perang BaratayudhaPandu yang merupakan ayah dari para Kurawa pada suatu hari membawa pulang tiga orang putri yang berasal dari tiga negara berbeda, bernama Kunti, Gendari dan Madri. Salah satu dari ketiga putri tersebut kemudian diberikan sebagai persembahan kepara Dretarastra, kakak Pandu yang buta. Putri yang terpilih adalah Gendari, karena Dretarastra yang buta memilih dengan cara mengangkat satu persatu ketiga putri tersebut, dan Gendarilah yang bobotnya paling berat. Dengan demikian ia mengasumsikan Gendari akan memiliki banyak anak sesuai keinginannya sehingga Gendari sakit hati dan bersumpah bahwa keturunannya akan menjadi musuh bebuyutan dari anak â anak Pandu. Sejak itu Gendari dan adiknya Sengkuni selalu mendidik anak â anaknya yang jumlahnya seratus orang untuk selalu bermusuhan dengan anak â anak dari putri yang lain yaitu Kunti dan Madri kemudian dinikahi oleh Pandu. Namun, Pandu mendapatkan kutukan dari sepasang resi yang dipanahnya ketika sedang berwujud rusa sehingga tidak dapat berhubungan dengan istri â istrinya. Pandu yang hidup seperti pertapa meyakini jika ia tidak memiliki anak laki â laki maka ia akan masuk neraka. Kunti kemudian menceritakan anugerah yang didapatnya dari seorang resi bernama Durvasa di kerajaan ayahnya, yaitu mantra untuk memanggil para Dewa untuk bisa mendapatkan karunia berupa seorang putra dari para dewa tersebut. Kunti kemudian memanggil Dewa Dharma, dan lahirlah Dewa Vayu dan lahirlah Bhimasena, setelahnya Indradewa lalu lahir Arjuna. Mantra tersebut tidak akan manjur lagi apabila digunakan lebih dari tiga kali, maka Kunti mengajari Madri untuk melafalkannya demi mendapatkan anak lagi. Madri memanggil Sang Kembar, yang merupakan tabib para Dewata. Kemudian Nakula dan Sadewa pun Pandu meninggal, anak â anak Pandawa selalu menjadi sasaran dari kejahatan Kurawa. Yudhistira adalah putra Dinasti Kuru yang tertua, dan ia berhak menjadi Raja sejak kerajaan Amarta telah diserahkan oleh Dretarastra kepada adiknya karena ia buta. Dretarastra hanya menggantikan Pandu sebagai kepala pemerintahan sementara hingga Yudistira dewasa, namun anak â anak Kurawa berpendapat lain karena sumpah ibunya tersebut. Duryudana berambisi untuk menjadi raja dan menguasai takhta Dinasti Kuru, kemudian mengusahakan segala cara termasuk mencoba membunuh Yushistira bersama saudara â saudaranya namun selalu gagal karena mereka dilindungi oleh Widura dan perang Baratayudha terjadi ketika Pandawa kalah dalam permainan dadu dengan Kurawa, yang mengakibatkan Kerajaan Amarta diambil alih Kurawa dan Pandawa menjalani hukuman dengan diasingkan di Hutan Kamiyaka selama 12 tahun, dan setahun penyamaran sebagai rakyat jelata di Kerajaan Wirata. Setelah masa hukuman berakhir, Kurawa tetap tidak mau menyerahkan kembali wilayah Amarta walaupun Pandawa hanya menuntut bagiannya sebanyak lima wilayah desa. Ketahuilah juga mengenai beberapa candi peninggalan agama Hindu di Indonesia, antara lain sejarah candi arjuna, sejarah candi jago, dan sejarah candi Perang BaratayudhaSejarah perang Baratayudha berlangsung di Padang Kurusetra, yang dianggap sebagai tempat suci bagi penganut agama Hindu. Arti dari Kurusetra sendiri adalah daratan Kuruâ yang disebut dengan nama lain Dharmakshetra atau daratan keadilanâ. Konon karena kesuciannya maka dosa â dosa apapun yang dilakukan di padang ini pasti akan terampuni. Pertempuran yang berlangsung selama 18 hari ini dimulai saat matahari terbit dan harus segera diakhiri saat matahari terbenam. Pertempuran tersebut adalah peperangan sampai mati, maka ksatria yang berhasil mempertahankan nyawanya adalah pemenang. Aturan perang Baratayudha yang disebut sebagai Dharmayuddha ditetapkan kedua belah pihak adalahPertempuran dimulai saat matahari terbit dan berhenti saat matahari harus dilakukan satu lawan satu, tidak boleh mengeroyok prajurit yang ksatria diizinkan bertempur secara pribadi jika memiliki senjata atau kendaraan yang sama, misal kuda, gajah atau yang menyerahkan diri tidak boleh dibunuh,Prajurit yang menyerahkan diri harus menjadi tawanan perang atau budakTidak boleh melukai atau membunuh ksatria yang tidak boleh membunuh atau melukai prajurit yang sedang tidak boleh melukai atau membunuh orang yang tidak ikut dalam peperangan atau boleh melukai dari belakang atau membunuhTidak diizinkan menyerang peraturan khusus untuk setiap jenis senjata, misal dilarang memukul bagian pinggang ke bawah ketika sedang menggunakan berperang dengan dalam sejarah perang Baratayudha ini sayangnya walaupun telah disepakati, tetap saja dilanggar oleh kedua belah pihak. Awal sejarah perang Baratayudha adalah dengan pengangkatan pimpinan perang dari kedua pihak. Drestadyumna adalah panglima perang Pandawa, dan mereka mendapatkan sekutu dari seluruh kerajaan di India Utara. Sedangkan Bhisma didaulat sebagai panglima perang Kurawa. Bisma setuju dengan harapan bahwa ia dapat turut melindungi para Pandawa dengan cara tersebut. Pandawa yang memiliki jumlah pasukan lebih kecil membentuk Formasi Bajra yang memungkinkan pasukan kecil menyerang pasukan yang lebih besar. Sedangkan Kurawa memiliki sebelas Perang BharatayudhaKemenangan dan kekalahan silih berganti dialami oleh Pandawa dan Kurawa selama hari â hari pertempuran Baratayudha tersebut sampai pada hari kesepuluh ketika Pandawa menyusun strategi baru untuk mengalahkan Bisma. Srikandi ditempatkan di kereta Arjuna, dan Arjuna akan menyerang Bisma dari belakangnya. Srikandi adalah seorang wanita yang berubah menjadi pria, karena itu ia digunakan sebagai tameng karena Bisma akan merasa segan untuk menyerangnya. Selain itu Srikandi juga merupakan reinkarnasi Dewi Amba, wanita yang meninggal karena disakiti oleh Bisma dan telah bersumpah akan terlahir kembali sebagai pembunuh melihat Srikandi, Bisma menyadari bahwa akhirnya sudah dekat dan tidak memberikan perlawanan berarti. Arjuna memanfaatkan hal itu dengan meluncurkan anak â anak panah yang menembus zirah Bisma hingga ke dagingnya. Bisma mampu bertahan hidup dengan ratusan panah yang menancap ke tubuhnya karena ia diberi anugerah untuk menentukan waktu kematiannya sendiri sehingga ia masih sempat memberi wejangan ke para cucunya yang berperang hingga menyaksikan kekalahan semua prajurit dari kedua belah pihak tewas, dari pihak Pandawa hanya ada tujuh senopati yang bertahan hidup diantaranya kelima Pandawa, Yuyutsu, dan Satyaki. Sedangkan dari pihak Kurawa, hanya tersisa tiga senopati yang hidup yaitu Aswatama, Krepa, dan Kertawarma. Yudhistira pada akhirnya dinobatkan sebagai Raja Hastinapura dan setelah beberapa lama menyerahkan tahta kepada Parikesit, cucu Arjuna. Ia bersama para Pandawa dan Drupadi melakukan perjalanan spiritual dan mendaki gunung Himalaya sebagai tujuan akhir dari perjalanan mereka. Drupadi dan keempat Pandawa lainnya meninggal dalam perjalanan tersebut hingga tersisa Yudhistira yang berhasil mencapai puncak, kemudian dianugerahkan masuk surga oleh Dewa Dharma.
ï»żHanyatersisa tujuh kesatria di pihak Pandawa, dan tiga kesatria di pihak Kurawa. 11. Striparwa . Beskisah tentang kesedihan para janda dari ksatria Pandawa dan Kurawa yang gugur di medan perang Kurukshetra. Selain itu, Gandari juga mengutuk Kresna agar keluarganya yakni kaun Yadawa kelak akan saling membantai. 12. Santiparwa
ï»żWayang sing paling digandrungi masyarakat iku lumrahe cerita kang megepokan karo serial Mahabarata. Sanadyan cerita Ramayana anane luwih dhisik nanging prayata kanggone wong jawa crita wayang Mahabarata katone luwih digandrungi. Bab iki kabuktekake kanthi anane paraga wayang utawa gambar wayang kang dipasang ing saben sing dipasang ingkana paraga cerita Mahabarata. Kaya mangkono iku nuduhake Manawa kang duwe omah pancen wis tepung lan nduweni tokoh kaya kang di idolakake LimaPandhawa iku cacahe ana lima, mula terus kaprah diarani Pandhawa Lima. Puntadewa ya Yudhistira minangka putra pambayun, watak ambeg darma lan nrima ing pandum sarta adoh ing hawa Werkudara ya Bima sena gedhe dhuwur lan gagah prakosa kang nomer loro, Raden Janaka ya Kumbang Ali-ali kang kondhang ngganthenge, prigel lan trampil manah minangka panengahe Pandhawa, dene Nakula Sadewa mujudake satriya kembar kang uga duwe watak utama, ambeg darma, lan luhur bebudene. Wiwit cilik mula wis katon luhuring budi,seneng tetulung, welas asih marang sapadha wong kang nandhang Puntadewa iku peparab liyane Yudhistira, Dwijakangka, Gunatalikrama, Darmakusuma, kratone manggon ing Ngamarta utawa Indraprasta. Panjenengane kagungan garwa Dewi Drupadi putra putrine Raden Drupada, ratu ing Negara Cempala utawa Pancala. Werkudara satriya ing Jodipati garwane aran Dewi Arimbi. Arjuna satriya ing Madukara garwane Dewi Sembadra lan Srikandi. Nakula Sadewa satriya ing Sawojajar. Cethane Pandhawa lima iku watak lan tindak tanduke kena kanggo tepa patuladhane para kawula mudha. Apamaneh kadigdayan lelimane mujudake satriya kang pilih dadi muride Pandhita Durna, Pandhawa wis bisa ngatonake kepinteran lan keprigelane. Raden Arjuna prigel menthang gandhewa lan trampil migunakake keris. Raden Werkudara dhasar gagah prakosa kondhang kagungan sanjaya kuku Pancanaka lan gada rujak pala. Pandhawa katon luwih prigel keimbang murid liyane. Ewasemana, ora tau lan pancen ora seneng pamer watake andhap asor lembah manah lan ngajeni marang lelakon kang dilakoni Pandhawa kasengsaran iku mau dituwuhake saka Kurawa kang kepingin nyirnakake Pandhawa. Wusanane kabeh kasangsaran iku bisa kasil kabengkas lan kuwat dilakoni. Beda banget karo Kurawa sing ora kuwat menawa dideleng ing antarane Pandhawa lan Kurawa iku isih kadang, sebab Pandhawa iku putrane Prabu Pandhudewanata. Sedenge Kurawa iku putrane Prabu Destrarastra. Prabu Pandhu Dewanata iku kaprenah adhine Prabu sebabe dene ing antarane kadang Pandhawa lan Kurawa ora bisa rukun? Iki amerga Dewi Gendari kepingin digarwa dening Prabu Pandhu Dewanata nanging kena apa kok malah diwenehake marang kangmase sing wuta iku ?. Mula banjur nibakake pangipat-ipat manawa besuk saturun-turunne bakal dadi mungsuh bebuyutan
AccesPDF Cerita Wayang Mahabarata Bahasa Jawa LengkapCerita Wayang Mahabarata Lengkap. Baca Juga: Cerita Wayang Bahasa Jawa Anoman lan Bima. Kurawa nyumerepi menawi Pandawa badhe nedha wangsul kemawonanipun, mila piyambake sedaya ngupados madosi bala menawi sakayah-ayah geger perang kaliyan Pandawa samangke. Cerita Wayang Mahabarata Bahasa
Korawa atau Kaurawa Sansekerta à€à„à€°à€”; kaurava adalah kelompok antagonis dalam wiracarita Mahabharata. Nama Korawa secara umum berarti âketurunan Kuruâ. Kuru adalah nama seorang Maharaja yang merupakan keturunan Bharata, dan menurunkan tokoh-tokoh besar dalam wiracarita Mahabharata. Korawa adalah musuh bebuyutan para Pandawa. Jumlah mereka adalah seratus dan merupakan putra prabu Dretarastra yang buta dan permaisurinya, Dewi Korawa yang digunakan dalam Mahabharata memiliki dua pengertianArti luas Korawa merujuk kepada seluruh keturunan Kuru. Dalam pengertian ini, Pandawa juga termasuk Korawa, dan kadangkala disebut demikian dalam Mahabharata, khususnya pada beberapa bagian sempit Korawa merujuk kepada garis keturunan Kuru yang lebih tua. Istilah ini hanya terbatas untuk anak-anak Dretarastra, sebab ia merupakan keturunan yang tertua dalam garis keturunan Kuru. Istilah ini tidak mencakup anak-anak Pandu, yang mendirikan garis keturunan baru, yaitu para singkatDalam Mahabharata diceritakan bahwa Gandari, istri Dretarastra, menginginkan seratus putera. Kemudian Gandari memohon kepada Byasa, seorang pertapa sakti, dan beliau mengabulkannya. Gandari menjadi hamil, namun setelah lama ia mengandung, puteranya belum juga lahir. Ia menjadi cemburu kepada Kunti yang sudah memberikan Pandu tiga orang putera. Gandari menjadi frustasi kemudian memukul-mukul kandungannya. Setelah melalui masa persalinan, yang lahir dari rahimnya hanyalah segumpal daging. Byasa kemudian memotong-motong daging tersebut menjadi seratus bagian dan memasukkannya ke dalam guci, yang kemudian ditanam ke dalam tanah selama satu tahun. Setelah satu tahun, guci tersebut dibuka kembali dan dari dalam setiap guci, munculah bayi laki-laki. Yang pertama muncul adalah Duryodana, diiringi oleh Dursasana, dan saudaranya yang putera-putera Dretarastra tumbuh menjadi pria yang gagah-gagah. Mereka memiliki saudara bernama Pandawa, yaitu kelima putera Pandu, saudara tiri ayah mereka. Meskipun mereka bersaudara, Duryodana yang merupakan saudara tertua para Korawa, selalu merasa cemburu terhadap Pandawa, terutama Yudistira yang hendak dicalonkan menjadi raja di Hastinapura. Perselisihan pun timbul dan memuncak pada sebuah pertempuran akbar di pertarungan ganas berlangsung selama delapan belas hari, seratus putera Dretarastra gugur, termasuk cucu-cucunya, kecuali Yuyutsu, putera Dretarastra yang lahir dari seorang dayang-dayang. Yang terakhir gugur dalam pertempuran tersebut adalah Duryodana, saudara tertua para Korawa. Sebelumnya, adiknya yang bernama Dursasana yang gugur di tangan Bima. Yuyutsu adalah satu-satunya putera Dretarastra yang selamat dari pertarungan ganas di Kurukshetra karena memihak para Pandawa dan ia melanjutkan garis keturunan ayahnya, serta membuatkan upacara bagi para KorawaBerikut ini nama-nama seratus Korawa yang dibedakan menjadi dua versi, versi India dan versi Indonesia. Kedua Korawa utama yaitu Suyodana alias Duryodana dan Dursasana disebut lebih dahulu. Kemudian yang lain disebut menurut urutan SuyodanaDursasana DuhsasanaAbaswaAdityaketuAlobhaAnadhresya HanyadresyaAnudhara HanudharaAnuradhaAnuwinda AnuwendaAparajitaAswaketuBahwasi BalakiBalawardanaBhagadatta BogadentaBimaBimabalaBimadewaBimarata BimarathaCarucitraCitradharmaCitrakalaCitraksaCitrakundaCitralaksyaCitranggaCitrasandaCitrasrayaCitrawarmanDharpasandhaDhreksetraDirgaromaDirghabahuDirghacitraDredhahastaDredhawarmanDredhayudaDretaparaDuhpradharsanaDuhsaDuhsahDurbalakiDurbharataDurdharsaDurmadaDurmarsanaDurmukhaDurwimocanaDuskarnaDusparajayaDuspramanaHayabahuJalasandhaJarasandaJayawikataKanakadhwajaKanakayuKarnaKawacinKrathana KratanaKundabhediKundadharaMahabahuMahacitraNandakaPandikundaPrabhataPramathiRodrakarma RudrakarmanSalaSamaSatwaSatyasandaSenaniSokartiSubahuSudatraSuddha KorawaSugramaSuhastaSukasanandaSulokacitraSurasaktiTandasrayaUgraUgrasenaUgrasrayiUgrayudhaUpacitraUpanandakaUrnanabaWedhaWicitrihatanaWikalaWikatananaWindaWirabahuWiradaWisaktiWiwitsu YuyutsuWyudoru WiyudarusIstimewaYuyutsu adalah putra Dretarastra dari seorang adalah adik perempuan Korawa. Ia satu-satunya wanita di antara para lainnyaPara Korawa putera Dretarastra yang utama berjumlah seratus, namun mereka masih mempunyai saudara dan saudari pula. Yaitu Yuyutsu, yaitu anak Dretarastra tetapi lain ibu, ibunya seorang wanita waisya. Kemudian dari Dewi Gandari, lahir seorang putra lagi bernama Duskampana dan seorang putri bernama Dursala atau Duççala atau Dussala
dAwSMP. 3pwftqu88h.pages.dev/5803pwftqu88h.pages.dev/5303pwftqu88h.pages.dev/8893pwftqu88h.pages.dev/3313pwftqu88h.pages.dev/963pwftqu88h.pages.dev/4363pwftqu88h.pages.dev/3273pwftqu88h.pages.dev/4073pwftqu88h.pages.dev/5443pwftqu88h.pages.dev/5613pwftqu88h.pages.dev/4343pwftqu88h.pages.dev/6973pwftqu88h.pages.dev/1413pwftqu88h.pages.dev/5613pwftqu88h.pages.dev/302
cerita pandawa dan kurawa lengkap bahasa jawa